Minggu, 04 Desember 2011

My Chapter Research (Part II): . . . Comite Chilafaat . . .

Minggu, 04 Desember 2011 0
…Lanjutan Part I…

Comite Chilafaat

Perjuangan Khilafah memang merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Akan tetapi sayangnya penggalan sejarah yang sangat berharga ini jarang diketahui oleh putra-putri bangsa ini, tak mengherankan memang, disamping karena betapa besar arus deislamisasi dalam penulisan sejarah Indonesia, hingga kini belum ada satu bukupun yang khusus membahas tentang topik sejarah ini. Padahal menarik sekali bila kita menyimak dokumen-dokumen sejarah, yang memuat tentang perjuangan ini. Sebagaimana fungsi sejarah, dengan mengetahui masa lalu akan memperjelas pemahaman kita tentang masa kini.

Dalam kongres Nasional Central Sarekat Islam pada Agustus 1924 di Surabaya, persoalan Khilafah yang pada saat itu sedang hangat mendapatkan perhatian dari kongres. Pada masanya Sarekat Islam merupakan sebuah pergerakan rakyat pribumi yang memiliki pengaruh yang besar di Hindia Belanda (Indonesia). Bukan hanya di kalangan pribumi Islam bahkan pengaruhnya menembus semua lapisan masyarakat. Jika membaca sejarah Sarekat Islam lebih dalam sebetulnya akan mudah ditangkap bahwa pengaruhnya masih terasa hingga hari ini. Setiap periode tertentu diselenggarakan Kongres nasional dibawah Central Sarekat Islam. Pada Kongres tahun 1924 ini persoalan Khilafah mendapatkan perhatian kongres sehingga kongres memutuskan akan mengerahkan segala usaha untuk terlibat dalam perjuangan Khilafah dengan mengirim utusan dari Hindia Belanda untuk menghadiri Kongres Khilafah di Kairo.

Sebagai langkah keterlibatan ini maka pada 4 dan 5 Oktober 1924 diadakan sebuah pertemuan di Surabaya yang dihadiri oleh berbagai organisasi Islam, diantaranya Central Sarekat Islam, Sarekat Islam lokal, Muhammadiyah, Al-Irsyad, Attadibiyah, Tasfirul-Afkar dan Ta’mrul-Masyadjid. Pertemuan yang berlangsung selama dua hari ini mempertegas kembali bahwa persoalan Khilafah adalah sesuatu yang penting untuk diselesaikan. Oleh karena itu dari Hindia Belanda (Indonesia) harus mengirim utusan untuk menghadiri Kongres Khilafah yang rencananya akan diadakan di Kairo pada Maret 1925. Untuk menuju rencana tersebut maka dibentuklah sebuah komite yang bernama Comite Chilafat.

Comite Chilafat ini kemudian yang bertugas menetapkan mandat yang akan dibawa oleh utusan dari Hindia Belanda, termasuk yang bertanggung jawab untuk biaya keperluan utusan tersebut. Pada Desember 1924 Comite Chilafat mengadakan Kongres Al-Islam Luar Biasa, melalui kongres ini ditetapkan siapa yang akan ditunjuk menjadi utusan beserta mandatnya yang akan dibawa. Komite yang diketuai oleh Wondosoedirdjo ini juga bertugas untuk menyampaikan kabar tentang pergerakan Khilafah ini kepada umat Islam di Hindia Belanda.

Dibeberapa kota di Indonesia didirikan cabang Comite Chilafat dengan latar belakang dan tujuan yang sama. Jika kita telusuri sejarah lokal tentang komite ini barangkali di kota tempat kita tinggal sekarang akan ditemui sisa-sisa pergerakan Comite Chilafat. Silakan coba telesuri saja! Komite cabang ini antara lain, Sub-comite Chilafaat Djokjakarta, Sub-comite Chilafaat Pekalongan, Sub-comite Chilafaat Tjirebon, Sub-comite Chilafaat Pasoeroean, Sub-comite Chilafaat Buitenzorg, Sub-comite Chilafaat Bandjermasin dan Sub-comite Chilafaat Tjiandjoer.

Sub-sub komite ini memang diusahakan dapat berdiri di seloeroeh Hindia Belanda. Hal ini menjadi bukti betapa besar apresiasi  pada saat itu untuk menyukseskan pergerakan Khilafah. Dalam sebuah surat kabar pada masa itu misalkan, diberitakan Sub-comite Chilafaat di Tjiandjoer mengadakan sebuah kongres dengan peserta kongres lebih kurang sebanyak 3000 orang! Sesuatu yang fantastis menurut saya, untuk konteks hari ini sekalipun, di kota Cianjur sebuah kongres Khilafah dapat dihadiri oleh 3000 orang.

Kemudian bagaimana dengan pergerakan Khilafah di daerah lain. Saya kira sangat menarik untuk kita telusuri sejarahnya. Betul!

Bersamboeng…
==================

Masjid UI Depok, 11:32  PM, 04 Desember 2011
Septian Anto Waginugroho
(Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Indonesia Program Studi S1 Ilmu Sejarah)

-Sebuah Dokumen Sejarah tahun 1924 tentang pembentukan Comite Chilafat- Hatta maka atas oesahanja kaoem Sarekat Islam dengan beberapa orang saudara Islam dari lain-lain fihak di Soerbaja, ketika tangal 4 dan 5 October jang laloe di Soerabaja soedah diadakan vergadering-tjampoeran oleh oetoesannja roepa-roepa perhimpoenan Islam, di antaranja jaitoe Centraal Sarekat Islam, locale Sarekat Islam, Mohammadijah, Al-Irsjad, Attadibijah, Tasfiroel-afkar, Ta'mroel-masjadjid dan beberapa perhimpoenan Islam jang lain-lainnja lagi, maksoednja vergadering ialah boeat membitjarakan halnja Chilafat Islam. Setelah toekar-menoekar fikiran dengan pandjang lebar maka vergadering memoetoeskan : wadjib mentjampoeri pergerakan akan mengadakan Congres di Cairo sepeti jang terseboet di atas [jang akan diadakan dalam boelan Sja'ban 1343 atau boelan Maart 1925 di moeka ini], dengan seboleh-bolehnja berichtiar, soepaja dari negeri kita boleh dikirimkan barang 3 atau 4 orang jang dianggap sebagai oetoesannja oemmat Islam di Hindia Timoer. Boeat menjampaikan maksoed ini maka di dalam vergadering-tjampoeran itoe telah diangkatnja satoe Comite bernama "Comite-Chilafat", terdiri dari pada saudara-saudara-saudara pengandjoer dari roepa2perhimpoenan Islam dalam kota Soerabaja, di antaranja jang mendjadi President jaitoe saudara Wondosoedirdjo, Secretaris saudara-saudara A.M. Sangadji dan R. Simoen, dan Penningmeester saudara Sech Mohamad Alamoedi. Comite-Chilafat ini diwajibkan melakoekan segala ichtiar boeat keperloeannja mengirimkan oetoesan ke Cairo itoe, seperti: menetapkan mandaat jang akan dibawa oleh oetoesan, mengoempoelkan oeang derma boeat sangoenja oetoesan dan lain-lain sebagainja. Kalau tidak halangan, besoek tangal 25 dan 26 December di moeka ini di Soerabaja akan diadakan persidangan loear biasa dari pada Congres Al-Islam Hindia, teroetama sekali dengan maksoed akan : menetapkan saudara2 jang mendjadi oetoesan, menetoekan mandaat jang akan dibawa oleh mereka dan segala sesoeatoe jang dipandang perloe berhoeboengan dengan perkaranja Chilafat Islam. Dalam sedikit hari lagi Comite-Chilafat akan mendjiarkan ma'loemat kepada sebanjak-banjaknja saudara Moeslimin di Hindia-Timoer; apabila kita seodah terima ma'loemat itoe, sigeralah akan kita moeatkan djoega di dalam soerat kabar kita. Dengan memoatkan perchabaran ini maka kita moelai memberi tanda, bahwa kita telah bersiap-lengkap akan memberi perbantoean dan pertolongan dengan segala kekoeatan boedi dan tenaga kita goena mentjapai maksoednja Comite-Chilafat, jaitoe SATOE MAKSOED JANG SOETJI DAN PENTING, JANG DIPERINTAHKAN OLEH KE-ISLAMAN KITA.

Rabu, 23 November 2011

My Chapter Research (Part 1): . . . Kongres Al-Islam Luar Biasa . . .

Rabu, 23 November 2011 0

Sebuah "Dokumen" Sejarah yang terbit tanggal 1Januari 1925
Dalam bukunya yang berjudul al-Islam wa al-Khilafah fi al-Ashr al-Hadits, Muhammad Dhia’udin Rais, seorang Guru Besar Jurusan Sejarah Islam Universitas Kairo, menuturkan, setelah sistem Khilafah dihapuskan oleh Kemal at-Taturk, dibawah pimpinan Syaikh al-Azhar pada Maret 1924 para ulama menyelenggarakan beberapa kali pertemuan. Mereka berpendapat bahwa keberadaan Khilafah yang memimpin umat Islam merupakan keharusan yang tidak dapat dipungkiri. Oleh karena itu harus ada peganti setelah jabatan khalifah di Turki di hapus. Untuk membahas siapa yang layak mendapat tugas Khalifah selanjutnya, mereka memutuskan akan mengadakan Muktamar di Kairo pada bulan Maret 1925 dengan mengundang wakil-wakil dari umat Islam di seluruh dunia.

Undangan tersebut, tertanggal 25 Maret 1924, diterima oleh pengurus pusat Sarekat Islam di Hindia Belanda (Indonesia) melaui telegram. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi diadakannya Kongres Al-Islam Luar Biasa di Soerabaja pada December tahoen 1924.
Kongres itu diadakan untuk menentukan sikap umat Islam di Indonesia atas Muktamar Khilafah yang akan diadakan di Mesir.

Sampai sekarang belum dapat dibayangkan kira-kira sebesar apa acara ini diselenggarakan. Bayangkan kongres ini diadakan selama tiga hari dan dihadiri oleh utusan-utusan dan wakil-wakil dari 68 organisasi pada masa itu.

Well, yang lebih penting bagi kita hari ini adalah bisa mengetahui sikap antusias mereka terhadap perjuangan Khilafah. Dan berikut hasil dari kongres tersebut:

setelah mendengar roepa-roepa oeraian tentang parkara Chilafaat dan tarichnja, dan setelah toekar-menoekar fikiran dengan pandjang-lebar, adalah mengambil kepoetoesan seperti jang berikoet:
a. DENGAN SEIA-SEKATA MENJATAKAN WADJIB MENTJAMPOERI PERGERAKAN CHILAFAAT;
b. dengan seia-sekata menjatakan moefakat akan teroes berdirinja Comite Chilafaat boeat seloeroeh Hindia-Timoer;
c. dengan seia-sekata mengirimkan tiga orang oetoesan jang haroes dan patoet dianggap sebagai wakilnja oemmat Islam di Hindia-Timoer, jaitoe Toean-toean:
1e. Raden Mas Soerjopranoto, Comissaris perhimpoenan Centraal Sarekat Islam, beroemah di Djokjakarta,
2e. Kjahi Hadji Fachrodin, Vice-President dari Hoofdbestuur perserikatan Mohammadijah, beroemah di Djokjakarta, dan
3e. Kjahi Hadji Abdulwahab, President dari perserikatan Ta’miroel-masadjid, beroemah di Soerabaja,
boeat menghadiri Congres Igama Islam jang akan diadakan di Cairo dalam boelan Sja'ban 1343 atau Maart 1925 goena membitjarakan perkara Chilafaat, dengan diberi keoasa dan keleloeasaan... (bersambung)

Soerabaja 28 Djoedilawal 1343
27 December 1924

Comite Chilafaat

Jang bertanda,
Pemimpin-pemimpin persidangan
Centraal-Comite Congres Al-Islam Hindia

Satu rasa yang bisa kita petik untuk hari ini, di Indonesia Khilafah telah diperjuangkan sejak jauh sebelum Indonesia MERDEKA. Bahkan tidak lebih dari setahun setelah Turki Utsmani diruntuhkan. Perjuangan Khilafah sejatinya bagian dari sejarah Indonesia!!

Lalui bagaimankah kelanjoetan dari perjoengan Khilafaah pada masa itoe?
Bersambung... ^_^

Bogor, 23 Nop. 11
Septian Anto Waginugroho
(Mhssw. Tingkt. Akhir Universitas Indonesia ProDi. S1 Ilmu Sejarah)

Jumat, 04 Maret 2011

_refleksi tragedi 03 mAret_

Jumat, 04 Maret 2011 0
ini adalah sebuah koran berbahasa asing yang memuat berita tentang tragedi 03 Maret 1924, terbit tanggal 04 Maret. Kemudian apakah ada berita serupa dalam koran Lokal di Nusantara pada tahun 1924? kemungkinan besar ada, karena pada Mei 1924 saja telah ada acara sebuah kongres dari umat Islam di Indonesia yang membicarakan penegakan KHILAFAH. Dapat terlaksananya agenda tersebut, yang dihadiri oleh berbagai ulama dan tokoh pergerakan nasional, tentu karena ada media sosial yang mendukung untuk menyebarkan info tragedi 03 Maret di Nusantara.Pada masa itu koran adalah alat propaganda yang efekti dalam gemuruh pergerakan, lalu tanggal berapakah pertama kali berita terebut beredar di Nusantara?

Kamis, 03 Maret 2011

SIROH AL MAGHOZI - AL WAQIDI

Kamis, 03 Maret 2011 0

MUSLIMS OF THE DUTCH EAST INDIES AND THE CALIPHATE QUESTION - MARTIN VAN BRUINESSEN

 
Membuka Wacana Sejarah. Design by Pocket